Jumat, 23 September 2011

Sepenggal kisah perjalanan

Oke, langsung dari awal cerita ya mungkin bukan cerita action atau kisah kisah berbau dramatikal yang biasanya ada jagoan bertubuh kekar yang naek elang menyelamatkan seorang putri lalu dinikahi terus punya anak 3 si jagoan selingkuh terus terjadi perebutan suami, dan harta (oke gue paham, mungkin otak gue terlalu dipengaruhi sinetron).

ini sepenggal kisah, mungkin lebih tepatnya cerita atau rangkuman atau mungkin cerpen, apalah namanya intinya begitu! Tentang perjalanan gue selama seminggu ini menyusuri jakarta dengan temen zombie gue. Mungkin aneh, atau ada diantara kalian yang baca tulisan ini yang berpikir "emang zombie beneran ada?" jawaban simple dari gue: zombie itu ada! tapi dalam pikiran gue doang, hehehehe. Kenapa gue panggil zombie, karena temen gue yang satu ini emang maniak sama zombie, bahkan bisa dibilang penyayang zombie. Kalo ada orang maen resident evil atau plants vs zombie pasti dia langsung ngomong "dasar manusia tak ber keprizombian, zombie itu hanya ingin hidup kenapa dibunuh, kenapaaaa!!!!" Mungkin agak sedikit berlebihan, tapi itulah kenyataan nya, he loves zombie so much.

Tujuan kami sebenernya 1, nyari kerja! setiap pagi kami jalan jam 5 pagi dan baru pulang lewat dari jam 7 malam, untuk orang yang berfikiran negatif pasti disangka kita berdua homo yang suka jalan jalan, dunia memang kejam. Setiap pagi kami lewat jalan yang sama dan terkadang kalo liat ada orang boncengin cewek cakep, otak gue selalu mikir buat kejar itu orang dan menukar zombie di belakang gue dengan bidadari yang lagi dia bonceng, tapi sayang itu cuma bisa kejadian di khayalan gue aja. Karena gue sendiri paham, belum banyak manusia yang mau menerima keberadaan zombie, padahal mereka baik lho. (ampun gha ampuun jangan bunuh gue)

Beberapa hal yang menarik perhatian gue dan temen gue salah satunya adalah saat pertama kali menginjakkan kaki di tempat ngelamar yang ada di pikiran kita cuma satu: resepsionis nya cakep, dan mbak mbak resepsionis itu juga yang nganter ke tempat test, dan jujur setiap lewat situ juga gue iseng iseng ngintip ke balik meja resepsionis, hahahahahahaha. Dan hal yang paling sial menurut gue dan paling menyenangkan buat temen gue adalah satu kejadian yang baru pagi ini terjadi, yaitu saat GUE DIBERAKIN BURUNG LAKNAT. bayangin lagi nunggu lampu merah, tiba tiba ada benda jatuh ke celana gue dengan indah nya. Sungguh pemandangan elit yang sangat jarang bisa didapati sekarang.

Yah, walaupun akhir akhir ini jalan subuh, pulang larut malam,  badan pegel, tapi alhamdulillah semua nya agak terbayar dengan diterimanya kami di sebuah perusahaan retail, hahahahaha. Dan penderitaan kami berlanjut besok di daerah tangerang.

Kamis, 08 September 2011

Penyesalan

Aku terdiam di keheningan malam, mencoba meresapi arti kehidupan yang kujalani. Dalam bisu kucoba kembali merangkai memori, mulai dari pahit, manis, yang kujalani. Sedih, pilu, derita dan bahagia, canda, tawa dan airmata. Semuanya berlalu beriringan dengan sang waktu, yang hanya bisa ku kenang, tanpa mampu kuputar balikkan. Mungkin memang benar, manusia memiliki mesin waktunya masing masing, kenangan untuk ke masa lalu dan cita cita untuk ke masa depan. Tapi aku terlalu memikirkan cita cita hingga melupakan semua kenangan, suatu hal bodoh yang mungkin biasa dilakukan anak adam, hingga akhirnya sekarang aku terjatuh ke dalam lubang yang sama, seperti beberapa tahun silam. 

Lagi lagi aku hanya mampu terdiam dalam keheningan, menyesali semua kesalahan dan kelemahanku. Inginku berlindung dalam sebuah kata "tak ada manusia yang sempurna" namun pantaskah jika ketidak sempurnaan itu dijadikan alasan? Dijadikan kambing hitam? sang tertuduh atas penyebab semua kegagalan manusia? Bukankah itu sama saja menyalahkan Tuhan? Kupikir, hanya para pengecut yang menjadikan ketidak sempurnaan sebagai alasan kegagalannya, dan aku bukan bagian dari mereka, ini murni kesalahanku. 

Mungkin diantara kalian bertanya, "penyesalan karena apa sih?" dan disini aku akan mulai bercerita tentang kisahku dan segala penyesalanku, karena cinta, mungkin banyak yang mem publish kisah tragis mereka karna cinta, tapi satu pengharapan dari mereka termasuk saya, jangan ulangi kebodohan yang kami lakukan kawan.

Bermula saat suatu hari, aku bertemu dengan seorang gadis yang benar benar atau setidaknya sedikit memikat hatiku, walau awalnya hubungan kami berjalan karna aku hanya sekedar "kasihan". Tapi lambat laun perasaan kasihan itupun berubah menjadi cinta yang teramat dalam, namun di umurku saat itu, tentu saja masih diliputi ego yang selalu kujunjung. Dari awal memang sudah kuduga ia berbeda, dan itu benar benar terbukti. Disaat sakit parah yang kuderita hampir merenggut nyawaku, dia wanita kedua setelah ibuku yang mendampingiku, disaat kesulitan melanda hidupku dia wanita yang selalu ada disampingku. Dan saat itu hidupku selalu di"hidupkan" oleh dirinya.


Namun semua berakhir tidak sempurna, bukan karna dia berpaling dariku, tapi karena aku dan segala ke egoisanku. Karena segala kesibukanku, aku mengabaikannya. satu pesan terakhir yang kudapat darinya adalah "tolong temui aku" namun kujawab "sibuk, tolong jangan egois". Itu pesan terakhir yang kukirim padanya, benar benar pesan terakhir. Karena setelah itu dia pergi meninggalkanku, tidak bukan hanya pergi meninggalkanku tapi pergi meninggalkan semuanya, meninggalkan dunia yang fana ini, untuk selamanya.

Dan kini hari hariku diisi dengan penuh penyesalan yang tak berguna, menyesali ke bodohanku dan ke egoisanku.

Senin, 31 Januari 2011

Hidup Layaknya Bermain Catur

Aneh ya judulnya? Ehm, oke. Kenapa saya beri judul hidup seperti permainan? Karena begitulah adanya menurut saya, ambil contoh : catur. Kenapa catur? Bukan, bukan karena saya mirip kuda atau benteng. Tapi kita review ulang hubungan catur dengan hidup menurut pandangan saya.
Tahap awal, saat bidak bidak baru selesai disusun, kita bingung mau melangkah kemana? Apa yang harus dilakukan? Kurang pasti kan? Tapi kita tahu 1 tujuan. Yaitu menang, atau skak mat lawan. Tapi salah langkah bisa mati cepat nantinya. Bandingkan dengan tahap hidup di akhir fase remaja, atau dengan kata lain, tahap awal dewasa. Bingung kan mau kemana? Tapi tahu tujuan, sukses, bahagia dunia akhirat. Iya ga? Kalo ga iya, mati aja, ^^v. Tapi juga harus dipertimbangkan dengan matang, salah langkah susah lagi buat jadi bener, malah bisa rusak seumur hidup.
Tahap pertengahan, saat permainan mulai memanas. Kita cuma bisa "memprediksi" apa langkah selanjutnya dari lawan, dan mencoba segala hal untuk mengantisipasinya. Bandingin lagi, kita hidup juga ga tahu kan masalah masalah yang akan dihadapi selanjutnya? Jangankan itu, untuk besok aja mungkin ada masalah yang siap menunggu, walau kita ga tahu itu apa. Yang kita mampu ya bekali diri dari sekarang, atau saat masalah itu tiba, ya hadapin aja. Jangan coba lari, nanti skak mat di akhir lho. Maksudnya kalo terus lari ya itu masalah yang tadinya kecil bisa jadi besar yang matiin langkah kita nanti.
Tahap akhir, final step. Tambah panas lg, strategi berubah rubah, langkah lawan makin mendesak, kalo ga bisa tenang, salah langkah bisa mati, atau tetap tenang, dan buat lawan mati, dan menang. Begitu juga hidup. Tekanan datang dari berbagai arah, kalau kuat mental, bertahan, banyak do'a, ikhlas. Ya adem ayem aja, bandingin sama yang lemah mental seakan tak bertuhan. Masalah banyak, bunuh diri, gila, minimal stres, heuu. Yap, terkadang juga kita butuh ganti cara, metode, kebiasaan seiring berjalannya waktu, karena hidup itu selalu menuntut untuk perubahan, ke arah yang lebih baik tentu.
Yah intinya tujuannya cuma dua, mau skak mat, atau di skak mat in. Sama juga hidup, mau bahagia, atau menderita. Tentukan pilihan anda. Karena yang nentuin itu semua bukan orang lain, tapi diri kita sendiri, ^^